Pengemis Online

Author name

25 Juli 2025

Sosok Gunawan TikTokers Joget Sadbor ala ayam mematuk kini sedang viral dan menjadi perhatian warganet. (Sumber : SU/Awal).

Gunawan Sadbor akhir-akhir ini menjadi sorotan publik. Pria asal Sukabumi ini viral setelah joget khasnya yang bernama Joget Sadbor memantik perbincangan masyarakat. Joget di Tiktok ini menggabungkan gerakan tari yang ceria dengan semangat kebersamaan para penari. Dalam setiap aksinya, dia mengajak warga lingkungannya untuk berjoget serupa. Dalam sebulan dia bisa mengumpukan uang sejumlah 12 juta hingga 21 juta.

Aksi Gunawan Sadbor yang meminta saweran dengan aksi khasnya bukan sekali ini terjadi. Beberapa waktu lalu, terdapat nenek-nenek mandi lumpur dan meminta masyarakat menyawernya sebagai imbalan. Bukan hanya mengemis, di Jogjakarta, beberapa pengamen online juga meminta saweran dari masyarakat sebagai imbalan mereka bernyanyi.

Pengemis online muncul pertama kali di Amerika Serikat. Pada tahun 2019, seorang pemuda gelandangan yang bernama Jovan Hill meminta donasi melalui media sosialnya untuk membiayai kehidupannya. Jovan Hill membangun cerita kesedihan yang begitu menyentuh, sehingga mengundang simpati 200 ribu pengikutnya dan kemudian pengikutnya memberikan bantuan. Kejadian ini kemudian menginspirasi banyak orang untuk melakukan hal serupa, salah satunya di Indonesia.

Maraknya masyarakat menjadi pengemis online karena aktivitas tersebut tidak membutuhkan cara rumit dan modal besar. Bermodalkan gawai, ditambah melucu, mengiba, membubuhkan kreativitas, sudah menarik empati masyarakat. Budaya masyarakat Indonesia yang mudah empati dan sangat dermawan juga memuluskan keberlanjutan pengemis online.

Semua fenomena sosial memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat, termasuk praktik mengemis online. Mereka yang mengemis secara online adalah mereka yang merespon dirinya terhadap kondisi ekonomi sulit. Seringkali orang yang mengemis online tidak memiliki pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Di sisi lain, mereka melihat ada media Tiktok yang bisa digunakan menghasilkan uang dalam jumlah yang lumayan besar dengan cara melakukan aktivitas unik.

Sayangnya fenomena mengemis online memunculkan dilema. Pada satu sisi, mengemis online  bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyambung kebutuhan hidup. Namun di sisi yang lain, aktivitas ini juga memunculkan dampak social setidaknya dalam 3 hal.

Pertama, rentan disisipi promosi judi online. Kasus Gunawan Sadbor menjadi bukti nyata bagaimana promosi judi online masuk dalam live nya. Hal ini yang menyebabkan pemberantasan judi online sulit dilakukan karena bandar dan admin judi online masuk dalam ruang-ruang live pengemis online.

Kedua, ketergantungan. Masyarakat yang mengemis online akan memiliki sikap ketergantungan untuk menunggu belas kasih dari masyarakat. Selain itu, memberikan saweran kepada pengemis online tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah mereka, justru, bisa jadi menciptakan siklus kemiskinan yang semakin sulit untuk dientaskan

Ketiga, pengemis online akan semakin aneh dan eksploitatif. Mereka yang memberikan saweran kepada pengemis online adalah mereka yang memiliki kuasa penuh untuk meminta pengemis online melakukan hal aneh dan cenderung eksploitatif. Di sisi lain, jika ini terus dibiarkan, pengemis-pengemis online itu akan melakukan kegiatan lebih aneh lagi agar dapat saweran.

Riset terbaru dari UGM menemukan sekitar 97% dari 98 orang menyatakan pernah menyaksikan konten TikTok Live yang menunjukkan adegan ekstrem untuk eksploitasi kemiskinan seperti mandi lumpur, menyiram tubuh dengan air, dan sebagainya. Bahkan dari sejumlah partisipan penelitian yang pernah memberikan koin atau gift kepada pembuat konten, sebanyak 22 orang berjenis kelamin laki-laki dan 15 orang perempuan. 

Riset tersebut mengungkapkan bahwa terjadinya fenomena pengemis online ini meskipun tidak ada yang salah dari aktivitas perilaku tolong menolong, namun dampak memberi kepada pengemis online ini justru tidak meringankan masalah pengemis online. Riset tersebut menemukan adanya pola perilaku berupa keterpaksaan, mencari keuntungan, dan pengulangan yang terjadi antara pengemis online dan pemberi gift. Rantai aktivitas ini justru menciptakan sebuah siklus kemiskinan yang akan semakin sulit untuk diputus.

Masyarakat perlu memutus rantai pengemis online dengan tidak memberi saweran kepada mereka agar kejadian negatif tidak terulang lagi. Jika ingin berperilaku dermawan masih banyak tempat yang bisa dijadikan refrensi. Misalnya di panti asuhan, Lembaga social, memberi makan orang miskin di pinggir jalan, dan membeli jualan orang tua yang biasanya berjualan dipinggiran.

Pemerintahan melalui kementrian Komdigi, kementrian Sosial, perlu turun tangan dan tidak mengabaikan pengemis online. Kementrian tersebut perlu membuat peraturan, mengedukasi penggunaan media social, dan memberikan bantuan social agar keinginan mengemis online dengan cara yang nyeleneh bisa dihindari.

Tinggalkan komentar